Kamis, 16 Februari 2012

NEW PICTURE TODAY












NEW LOOK TODAY














Bukan Untuk Disesali

Hualooooooo ..
huah rasanya udah lama juga gak posting di blog ini. Anyway penting gak ya kalau gue bilang sekarang gue udah SINGLE *apa? iya bener sekarang gue SINGLE plis di BOLD terus d garis miring oke SINGLE wkwkwk
Penting gak penting sih memang tapi ya begidu deh nama nya juga anak muda lagian ada pepatah "Sebelum janur kuning itu melengkung segeralah mencoba berpacaran" >>> ini menurut gue hehe.
Single itu bukan takdir coy Single itu pilihan. Baru sadar aja gue kemarin-kemarin pacaran sama orang yang engga sejalan engga sepengertian engga seperasaan dan engga sepenangguhan *loh?. Intinya pacar gue yang kemarin (oh ya semua postingan yang ada nama dia udah gue hidden kok jd gak usah pingin tau yg mana orang nya ya ;;) yang jelas itu laki-laki gak sejalan sama gue gak tau juga sih kalau sama elo #eh hehe) itu bukan tipe gue lagi. Gue tiba-tiba jadi gak doyan sama orang yang gak punya rencana hidup. Sampe-sampe gue d ceramahin sama teteh gue yg bilang "yaiyalah gimana mau d rencanain yong hidup besok gmna aja belum tau" zzz swt dah teteh gue juga emang beda aliran sama gue. Menurut gue "Hidup hari ini tuh untuk hidup di masa akan datang jadi rencanain semua kehidupan lo hari ini. Kalau lo ngeroko hari ini, besok-besok lo mati juga gara2 roko elo itu"
Terserah deh tuh orang (mantan gue) mau ngatain se apa ke gue yang jelas nih "Selangkahpun gue gak mau lagi untuk sejalan sama dia. Gue lebih baik jalan sendiri. Lebih bahagia! Masalah cowo? Ntar dulu lah". Banyak yang bilang gue ABABIL tapi engga kok gue itu cuman mencari yang terbaik untuk hidup gue sendiri di masa yang akan datang.
Oke segitu aja ini gue beri (edan gue beri) gambar-gambar penyejuk jiwa untuk siapa saja yang sedang atau masih SINGLE wkwkwk.







Senin, 13 Februari 2012

Flight Ateendant

Flight attendants or cabin crew (also known as stewards/stewardesses, air hosts/hostesses) are members of an aircrew employed by airlines primarily to ensure the safety and comfort of passengers aboard commercial flights, on select business jet aircraft, and on some military aircraft.











Michel Teló oh Michel Teló

Pacar saya tiba2 aja kedemenan sama lagu nya si Michel Telo yang judul nya Ai Se Eu Te Pego. Emang sih lagu nya enak tapi nih pacar saya lebay juga *tonjoktanganaip. Beberapa lirik nya yang bikin joget

Nossa, nossa
Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego

Delícia, delícia

Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego

Ini nih video nya yang ternyata di tiru juga sama banyak pemain sepak bola di Purtugal sana. Tapi kemarin saya liat Bambang Pamungkas juga nari-nari pas selebrasi golnya *sokpaham hahahaha. Aip juga bukan hanya lebay tapi dia juga sok tau dia ngomong kalau si Michel Telo ini seorang HO wuuuuuuu


Ustad Solmed itu Sombong?

Gak ngerti juga kenapa nih Ustad di bilang sombong. Tapiiiii, pas tadi liat berita nya di TV ya ampun! bener juga yaaaaa ternyata nih Ustad terlalu "sesumbar" soal kehidupan nya sama aja kaya azrtis gitu zzz jadi ini ustad yang belaga artis atau artis yang belaga jadi seorang ustad? Hmmm ...




USTAZ Solmed jangan lebay dan sombong, kata ketua FPI DPD DKI Habib Salim. Tak seperti biasanya, kali ini saya setuju dengan himbauan FPI.
Seorang berpredikat ustadz (entah karena klaimnya sendiri seperti Ustadz Samingan di sinetron Ketika Cinta Bertasbih (KCB), atau bentuk pengakuan yang didapat dari umat), dituntut berperilaku seperti identitas yang disandangnya. Kalau tidak, akan jadi bahan cibiran.
Apakah Soleh Machmoed (yang oleh ketua FPI DKI diminta tidak sombong dan lebay) seorang ustadz atau pemain sinetron?
Bisa jadi dua-duanya. Di TV kadang dia tampil berceramah seperti layaknya ustaz, tapi juga rutin muncul sebagai pemain sinetron Pesantren & Rock n Roll. Sampai di sini tak ada komplain. Ustadz juga manusia, perlu uang untuk membiayai hidup. Tapi sebagai ustaz yang sedang naik daun (ini istilah yang absurd untuk disematkan pada seorang ustadz), Solmed tak hanya muncul di TV berceramah atau main sinetron, tapi juga jadi berita di infotainment. Persis seperti selebriti.
Rencana pernikahannya dengan seorang pemain sinetron, yang didahului dengan proses ta'aruf (pendekatan), jadi gosip. Di infotainment, ini yang kemudian jadi gunjingan, Solmed katanya sudah memberi hadiah rumah dan mobil pada calon istrinya. Perlukah itu diceritakan? Bahkan kalau yang mengatakan bukan ustadz sekali pun. Agama akan menganggap riya, pergaulan sosial mencibir sombong, pamer, dan lebay. Dalam proses ta'aruf itu Solmed dan calon istri pergi nonton konser berdua.
Apa salahnya? Kalau saja nama Solmed tak didahului kata ustadz, dan dia tak menggunakan kata ta'aruf, tak ada yang mempermasalahkan. Pergi berdua pacar nonton konser, hal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Tapi sebagai orang yang ilmu agamanya masih cetek, saya tak ingin ikut menghimbau Ustadz Solmed. Apalagi mengajarkan bagaimana berperilaku.
Saya ingin bicara soal lain, ustadz di era industri TV. Dulu, sebelum TV berkembang menjadi industri besar melibatkan banyak uang, sosok ustadz yang ditampilkan biasanya sudah berusia tua.
Mungkin ketika itu pengelola TV sengaja mencari ustaz yang ilmunya memadai. Sudah bertahun-tahun mempelajari dan bahkan mengamalkan ajaran agama. Bukan sekadar pandai berpidato, melucu, atau mengajak orang lain menangis.
Era ustaz berusia matang dengan penampilan bersahaja tampaknya sudah berlalu, setidaknya di TV. Kini ustaddz yang muncul di TV rata-rata berusia muda dengan penampilan necis. Sesuai mekanisme yang berlaku di TV, siapa pun yang tampil di TV, termasuk para ustaz, akan diperlakukan tak ubahnya pengisi acara lain, seperti pemain sinetron, presenter atau penyanyi. Konsekuensinya, TV cenderung memilih menampilkan ustaz-ustaz populer yang disukai banyak orang, yang penampilannya bisa mendongkrak rating.
Semakin populer, semakin tinggi rating acaranya, dan (bukan mau nyinyir) nilai kontraknya juga kian besar. Popularitas (bukan ilmu agama atau kesholehan) yang menjadi tolok ukur memilih ustadz untuk ditampilkan di TV.
TV dengan jangkauan luas, di satu sisi, memang efektif sebagai media dakwah. Sekali seorang ulama besar seperti Quraish Shihab yang saya kagumi atau (alm) Zainuddin MZ dan Mamah Dede yang saya idolakan ceramah di TV, jutaan orang menyaksikan. Dengan bantuan TV, syiar agama jadi mudah dan meluas. Tapi dampak sebaliknya juga bisa terjadi. Menyadari betapa besar pengaruhnya, (baik atau buruk) mestinya TV selektif mengemas acara keagamaan dan memilih ustadz.
Seorang selebriti atau politisi berlagak seperti orang sholeh berilmu agama cukup, akan mendapat apresiasi publik. Tapi ustaddz bersikap dan menjalankan profesi (ini bukan istilah yang tepat, karena ustadz bukan profesi) seperti selebriti, menjadikan popularitas dan materi sebagai tujuan, kita tahu bagaimana ujungnya.
Selain ustaz yang benar-benar ustadz, di TV juga ada sosok ustadz Samingan (KCB) yang sering membuat saya terpingkal. Sebagai orang yang menyebut diri ustadz, Samingan sungguh menggelikan. Ilmu agamanya secuil, belum pergi pergi haji tapi ingin disebut kyai haji. Sehari-hari yang ada di pikirannya cuma mencari keuntungan pribadi. Selain matre, juga gila pengakuan. Bukannya memperbanyak amal dan memburu berkah serta ridho Allah, tapi sibuk mengejar urusan perut.
Sepertinya Kang Abik yang menulis skenario KCB ingin menyindir banyak orang di kehidupan nyata yang kelakuannya seperti Samingan. Padahal kita semua tahu, ustadz itu tugas yang sangat mulia. Begitu mulianya, sedikit saja terselip hasrat mengejar popularitas dan materi akan membuat umat kecewa.
Jadi, kalau masih gampang tergoda gemerlap dunia, seperti saya, atau hanya pintar menceramahi orang lain tapi tak bisa menjaga kelakuan, ya apa bedanya dengan Samingan?

NEW LOOK TODAY